Tahukah Anda seperti apa Hadits-hadits dalam kitab Ihya' Ulumuddin ditulis?
Seperti yang kami tuliskan dari pemaparan Alm.Kh.M.Abdul Aziz Manshur (Pengasuh Ponpes Tarbiyatun Nasyi'in Paculgowang Jombang) dijelaskan sbg berikut:
Kitab Ihya' karya Hujjatul Islam al Iman Al Ghozali (Syeikh Imam Abul Hamid Muhammad bin Muhammad al Gjozali) ini sungguh istumewa, subgguh fenomenal. Namun demikian ada saja orang2 yang karena kebodohan dan kedengkiannya menudingnya dg kitab yg sepele dan banyak memuat hadits dhoif.
Iman Al Ghozali terkenal jg sbg alhi filsafat (Filsuf) yg diakui secara mendunia. Baik oleh kawan maupun lawan. Filsafat Imam Ghozali adalah filsafat yg sesuai dg kaidah aswaja dan bukan filsafat yg lepas dari kaidah2 aqidah Ahlussunnah wal jamaah.
Kitab Ihya' Ulumuddin merupakan kitab yg luar biasa.
Setelah Imam Ghozali selesai menulis kitab Ihya' Ulumuddin ini maka kitab tersebut diteliti oleh tim panitia Lajnah Pentashih Kitab dari Kerajaan. Setelah dibuka2 dan diteliti (dimuthola'ah) oleh berbagai lajnah pentashih kitab kerajaan pada jamannya didapati bahwa di dalam kitab Ihya' Ulumuddin banyak ditemui hadits-hadits yang tidak ada sanadnya, yg tidak ada sanadnya, yg tidak ada sanadnya.
Karena itu raja memutuskan untuk membakar Kitab Ihya' Ulumuddin yg baru saja ditulis oleh Imam Al Ghozali tersebut.
Pada malam hari sebelum tiba hari dilakukan pembakaran kitab tsb, sang raja mimpi didatangi oleh Nabi Muhammad saw bersama sahabat Umar bin Khotthob ra. Dalam mimpinya itu Rosulullah memerintahkan kepada Umar ra untuk memukuli Raja tsb. Lalu Umar pun memukuli raja tersebut di punggungnya.
Di pagi harinya, saat terbangun pada punggungnya masih terlihat bekas-bekas pukulan sahabat Umar ra, dlm riwayat lain disebutkan bahwa bekas pukulan itu masih ada sampai sang raja meninggal dunia. Raja saat terbangun itu amat gelisah dan masih merasakan sakitnya pukulan dari Umar ra. Maka kemudian raja memanggil Imam Ghozali untuk mengklarifikasi atas kitabnya dan terkait dengan mimpi yang barusaja dialaminya.
Raja menanyakan kepada Imam Ghozali, "Sebenarnya bagaimana sih kitabmu itu sehingga engkau dibela oleh Rosululloh, hadits-hadits yang engkau masukkan dalam kitabmu itu engkau ambil dari mana?, koq sampai-sampai Rosululloh saw membelamu?"
Imam Ghozali menjawab: hadits-hadits tersebut ya saya ambil dari guru-guru saya, dari syeikh-syeikh saya, memang saya bukan ahli hadits sehingga sanad-sanadnya saya tidak tahu, lalu saya tulis di kertas sebelum saya masukkan ke dalam kitab saya sholat dulu, saya istikhorohi dulu, serelah sholat lalu hadits tersebut saya ciumi baunya, kalau baunya wangi maka nyata-nyata hadits itu memang benar dari Rosululloh Muhammad saw ya lalu saya tuliskan hadits tersebut ke dalam kitab Ihya' Ulumuddin itu. tetapi kalau hadits tersebut tidak wangi baunya atau bahkan baunya basin atau bau busuk maka tidak saya tulis ke dalam kitab. Karena saya yakin itu bukan hadits dari kanjeng Nabi Muhammad saw."
Maka setelah dijawab seperti itu maka kepercayaan sang Raja kepada Imam Ghozali semakin luar biasa, kata Raja: " Ooh, kalau begitu Imam Ghozali ini bukan sembarang orang, ia benar-benar orang yang dekat dengan Rosululloh saw.", lanjut raja:
"Mungkin dia di dalam mimpi, hadits yang diterima dari gurunya itu ditanyakan langsung kepada kanjeng Nabi. Wahai kanjeng Nabi, apakah ini benar-benar hadits dari panjenengan apa bukan?".
Itulah, kadang-kadang apa yang dilakukan oleh Ahli Tasyawuf dibid'ah bid'ahkan (ditolak) oleh ahli fiqih lainnya, akan tetapi ahli tasyawuf menolak tud7han tersebut. Karena ahli tasyawuf tidak sembrono didalam menerapkan hukum atau qa"idah amaliyahnya.
-----
Tentang kitab ihya' Ulumuddin ini, syekh Yusuf Qordhawi di dalam salah satu kitabnya menyebutkan kurang lebih sebagai berikut: Kalau setelah alQuran dan al Hadits masih perlu sebuah kitab lagi, maka cukup lah satu kitan Ihya' Ulumuddin ini saja sebagai penjabarannya.
oleh alfaqir Muhammad Munir.
Kalau ada manfaatnya mohon disebarkan..!!!
Semoga kita mendapat keberkahan dari Kitab Ihya'ul Ulumuddin lil Imam AlGhozali tsb,
Sebagaimana Almarhum Kh Abdul Azis Manshur pernah berharap: Kulo remen menghadiri Khataman Kitab Ihya' Ulumuddin utawi Kitab Al Hikam niku, kulo niku pengen sanget mbesok wonten akhirat kulo diawe (diceluk; dipanggil) oleh Imam alGhozali, oleh Ibnu Atho'illah)
Waalohu a'lam bishowab.
0 komentar:
Posting Komentar