ROMADHON SEKOLAH ISTIMEWA
[ROMADHON] SEKOLAH ISTIMEWA, PEMBENTUK JIWA MANUSIA
Oleh: Ustadz Drs. H. Kamilun Muhtadin.
Segala puja dan puji hanya bai Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Dzat Yang Maha Menciptakon bulan Ramadhan dan sebelas bulan lainya. Dzat yang menyediakan Madrasah Mutamayizah (sekolah yang istimewa) selama Ramadhan untuk proses pendidikan yang praktis, menanamkan seagung-agung nilai dan setinggi tinggi hakikat dan martabat manusia. Inilah bulan di mana Sang Maha Pencipta menja
mu para hambaNya dengan aneka jamuan yang tak terbatas. Alangkah bahagia dan bangganya kita sebagai hamba Allah yang
diperkenankan kembali bertemu dengan "tamu agung "'sang pujaan hati, Ramadhan Mubarok di tabun ini. Peluang untuk meraih banyak kebaikon dan peningkatan ketagwaan masih dibukakon lagi untuk kita yang masih hidup.
Betapa banyak saudara kita, handaitaulan kita, sanak kerabat kita, tetangga kita, guru-guru kita dan orang—orang yang kita cintai bahkan orang tua kita yang telah berpulang ke Rahamatullah, padahal tahun yang lalu masih bersama-sama kita. Kita
haturkan pula sholawat dan salam kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan keselamatan, jalan kebahagiaan dunia akhirat dan terlebih lagi petunjuk amaliah Rahmadhan dengan samudra hikmah dan maslahah bagi seluruh ummatnya sehingga kita bisa menjadi orang-orang yang berkelas muttaqiin, yang bertagwa.
PENCIPTAAN MANUSIA DAN PERINTAH BERPUASA
Allah SWT menciptakan manusia agar menge¬nal dan menyembah-Nya, menunaikan hak-hak Allah sebagaimana firman-Nya:
"Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya berib¬adah kepadaKu "(QS. Adz-Dzariyah : 56).
Di samping itu Allah juga menciptakan manusia sebagai Khalifah atau pengelola bumi. Di dalam Al-Qur'anul Karim, surat AI-Baqoroh ayat 30 Allah berfirman:
"ingatlah ketika Tuhanmu berfirman pada Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak men¬jadikan seorang Khalifah di muka bumi,"
Agar fungsi dan diciptakan-Nya manusia seperti tersebut di atas dapat dilakukan dengan baik, maka Allah SWT memberikan peraturan dan petunjuk hidup. Keberhasilan manusia mengem¬ban tugasnya berarti mempertahankan dan men¬empatkan manusia (dirinya) sebagai makhluk yang terbaik. Tapi manakala gagal, dia itu lebih rendah dari pada binatang. Itulah yang menye¬babkan manusia berbeda dengan mahkluk lain- nya. Perhatikan ayat berikut ini:
“Terangkanlah ke¬padaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya seba¬gai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka itu lebih sesat jalannya (dari binatang ter¬nak itu)"(QS. Al-Furqon: 43-44).
Dalam menjalankan fungsinya, baik sebagai Abdullah (hamba Allah) maupun sebagai Khalifatullah, manusia diiengkapi oleh Allah den¬gan berbagai piranti yang super canggih: Al- Aglu, Al-Qalbu, An-Nafsu, dan Ar-Ruhu di samping juga jasmani manusia yang diciptakan sebagai seba¬gus-bagusnya bentuk ciptaan Allah.
Pada kesempatan tulisan ini kita hanya dapat berniat mengedepankan sekelumit kisah tentang penciptaan akal, ruh, dan nafsu saja. Terkait akal, Allah SWT di dalam Al Qur'an surat Ali Imran: 190 — 191 menegaskan yang dapat disimpulkan bahwa ciri—ciri orang yang berakal (ulil albab) adalah berzikir kepada Allah SWT (dengan Hati) dan bertafakkur atau memikirkan penciptaan alam, mereka memahami selalu berdo'a, merasa dirinya tidak terlepas dari keterbatasan dan kesalahan. Allah SWT juga menekankan akan fungsi pentingnya akal. Allah SWT berfirman:
“Al- Quran Adalah penjelasan bagi manusia, agar yang berakal mengambil pelajaran (Q S. Ibrahim : 52 ).
Pada waktu pertama Allah menciptakan akal, Allah bertanya kepada akal:
"Siapa Aku dan siapa Kamu" maka dengan sigap akal menjawab: Engkau adalah Tuhanku dan aku adalaah hamba Mu".
Kemudian ketika Allah menciptakan ruh, di masa Allah SWT meniupkan ruh ciptaa-Nya kepa¬da tubuh manusia ketika masih dalam kandungan (QS. As Sajdah : 7-9 ). Allah juga mengambil kesaksian terhadap ruh tersebut tetang ke-Esaan Allah. Firman Allah kepada ruh: "Bukankah Aku ini Tuhanmu ? " Mereka menjawab "Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.
Setelah itu Allah menciptakan nafsu, lalu Allah bertanya kepada nafsu seperti menanyai akal, "Siapa Aku dan siapa Kamu?". Nafsu menjawab: 'Aku adalah aku dan Kamu adalah kamu." Atas jawaban tersebut Allah memasukkan nafsu kepa¬da neraka selama 100 tahun. Setelah itu nafsu dikeluarkan dari neraka dan kembali ditanyai oleh Allah SWT dengan pertanyaan yang sama, tetapi jawabanya tetap seperti semula, maka nafsu itu dimasukkan kembali selama 100 tahun ke neraka yang isi siksaannya adalah lapar dan haus. Baru Setelah 100 tahun di neraka ditanya kembali oleh Allah dengan pertanyaan yang sama. Maka baru¬lah nafsu mengakui dengan ucapan: "Aku adalah hamba-Mu ya Allah dan Engkau adalah Allah.'
Sejalan dengan proses penciptaan itu pulalah Allah berfirman :
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karna sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb Ku Maha Pengampun, Maha Penyoyang (QS. Yusuf : 53).
Dalam Surat Shaaf ayat 26, Allah mengin¬gatkan Nabi Daud A.S.
"Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Sesungguhnya Rabb Ku Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. Yusuf : 53).
Dalam Surat Shad ayat 26, Allah mengin¬gatkan Nabi Daud A.S.
"Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah."
Pada waktu bulan Ramadhan nanti Insya Allah kita akan memerangi hawa nafsu kita dan dengan kekuasan Allah semata. Saat ini kita pun sudah mulai memasang niat untuk menahan dan mecegah diri secara sadar dari dua syahwat: makan , minum, bersetubuh dengan pe¬rempuan dan hal-hal semisalnya, selama sehari penuh. Yakni dari kemuculan fajar hingga terbenamnya mata¬hari, dengan niat memenuhi perintah dan taqorrub kepada Allah SWT. Memang An-Nabi SAW menggam¬barkan pelaksanaan puasa pada bulan Ramadhan seba¬gai jihad besar yakni jihad melawan nafsu.
Setelah kita memerangi nafsu denga berpuasa, kitapun harus menghiasi diri dan jiwa kita dengan berbagai nilai positif. Kita jadikan Romadhon seba¬gai sekolah atau kampus untuk menerpa diri kita menjadi orang-orang yang terbaik. Menjadi manu¬sia-manusia yang berjiwa dan berkepribadian dan menjadi manusia-manusia yang ahsani taqwim lahir dan batin. Segala fasilitas telah Allah siapkan, peluang besar juga telah dibuka lebar-lebar, jan¬gan sampai kita tinggal kelas Setelah Ramadhan nanti. Alangkah bahagianya kalau kita bisa menja¬di juara-juara dalam madrasah Ramadhan ini.
Akhirnya marilah kita sambut kedatangan bulan suci ramadhan dengan suka cita, lalu kita ekspresikan kegembiraan itu dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT, memperbanyak amal sholeh, berdzikir dan mensucikan jiwa kita dengan mendekatkan diri pada Allah SWT dengan mengendalikan hawa nafsu guna mencapai derajat insan yang bertagwa. Amin ...Amin ... Amin. Robbal'Alamiin. (*)
(Sumber : Tabloid Media Ummat, Edisi 73, Agustus 2009, Sya'ban 1430H)
Postingan
