Ads 468x60px

BEST SELLER |**Les Privat Desain Grafis (Coreldraw & Photoshop) 8xPertemuan @90 menit Hanya 500.000,- **Les Privat Ms.Office Tingkat Mahir 6x Pertemuan Hanya 650.000,- (12xPertm Rp 1.000.000,-) **Pendaftaran Rp. 100,000 **Telpon/ SMS Sekarang juga ke 083 848 157 399.

Featured Posts

M.Munir as Office Manager.

M. Munir and Management Team in Event Launching SCBD Kota Malang

M.Munir within Activity..

From Left, Mr.Gunawan W, Mr.Erik, Mr.Rahmat Salam and M.Munir in a SCBD,s Training

M.Munir within Activity...

M.Munir and StakeHolder of SCBDP Kota Malang-Home Affair Ministry

M.Munir within Activity....

M.Munir, Mr.Bachtiar-PIU SCBD and Mr.Gunawan W-Team Leader SCBDP Kota Malang

M.Munir within Activity.....

M.Munir with Mrs.Roosdiana (PT.Saka Buana) in event Launching of SCBD Kota Malang

04 Juli 2020

Media NBA Ngaji Ben Aji

Launching on 20Jui2020
Media NBA
menyajikan video audio pengajian, ceramah, khutjum, tausiyah, informasi yang bermanfaat untuk nutrisi Ruhani kita.

31 Desember 2019

Hijrah...ala Gus Mus

https://twitter.com/jas_hijau/status/1211562404884230144?s=09

26 Februari 2018

Siapa itu Yahudi, Nasrani, Shabi-in (QS.Al-Baqoroh :62)


Al-Baqarah, ayat 62

{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) }

Sesungguhnya orang-orang yang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Setelah Allah Swt. menyebutkan keadaan orang-orang yang menentang perintah-perintah-Nya, melanggar larangan-larangan-Nya, berlaku kelewat batas melebihi dari apa yang diizinkan, serta berani melakukan perkara-perkara yang diharamkan dan akibat azab yang menimpa mereka, maka Allah mengingatkan melalui ayat ini, bahwa barang siapa yang berbuat baik dari kalangan umat-umat terdahulu dan taat, baginya pahala yang baik. Demikianlah kaidah tetapnya sampai hari kiamat nanti, yakni setiap orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, maka baginya kebahagiaan yang abadi. Tiada ketakutan bagi mereka dalam menghadapi masa mendatang, tidak pula mereka bersedih hati atas apa yang telah mereka lewatkan dan tinggalkan. Makna ayat ini sama dengan firman lainnya, yaitu:

{أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}

Ingatlah, sesungguhnya kekasih-kekasih Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62) 

Seperti yang dikatakan oleh para malaikat kepada kaum mukmin di saat menghadapi kematiannya yang disitir oleh firman-Nya seperti berikut: 

{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah,'" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian." (Fushshilat: 30)

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ العَدني، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ: قَالَ سَلْمَانُ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَهْلِ دِينٍ كُنْتُ مَعَهُمْ، فذكرتُ مِنْ صَلَاتِهِمْ وَعِبَادَتِهِمْ، فَنَزَلَتْ: {إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ} إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Umar Al-Adawi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Salman r.a. pernah menceritakan hadis berikut: Aku pernah bertanya kepada Nabi Saw. tentang pemeluk agama yang dahulunya aku salah seorang dari mereka, maka aku menceritakan kepada beliau tentang cara salat dan ibadah mereka. Lalu turunlah firman-Nya, "Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian," hingga akhir ayat.

As-Saddi mengatakan bahwa firman-Nya yang mengatakan: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta beramal saleh.... (Al-Baqarah: 62) diturunkan berkenaan dengan teman-teman Salman Al-Farisi. Ketika ia sedang berbincang-bincang dengan Nabi Saw., lalu ia menyebutkan perihal teman-teman yang seagamanya di masa lalu, ia menceritakan kepada Nabi berita tentang mereka. Untuk itu ia mengatakan, "Mereka salat, puasa, dan beriman kepadamu serta bersaksi bahwa kelak engkau akan diutus sebagai seorang nabi." Setelah Salman selesai bicaranya yang mengandung pujian kepada mereka, maka Nabi Saw. bersabda kepadanya, "Hai Salman, mereka termasuk ahli neraka." Maka hal ini terasa amat berat bagi Salman. Lalu Allah menurunkan ayat ini.

Iman orang-orang Yahudi itu ialah barang siapa yang berpegang kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa a.s., maka imannya diterima hingga Nabi Isa a.s. datang. Apabila Nabi Isa telah datang, sedangkan orang yang tadinya berpegang kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa a.s. tidak meninggalkannya dan tidak mau mengikut kepada syariat Nabi Isa, maka ia termasuk orang yang binasa.
Iman orang-orang Nasrani ialah barang siapa yang berpegang kepada kitab Injil dari kalangan mereka dan syariat-syariat Nabi Isa, maka dia termasuk orang yang mukmin lagi diterima imannya hingga Nabi Muhammad Saw. datang. Barang siapa dari kalangan mereka yang tidak mau mengikut kepada Nabi Muhammad Saw. dan tidak mau meninggalkan sunnah Nabi Isa serta ajaran Injilnya sesudah Nabi Muhammad Saw. datang, maka dia termasuk orang yang binasa.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, hal yang semisal telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair.
Menurut kami riwayat ini tidak bertentangan dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian..., hingga akhir ayat, (Al-Baqarah: 62). Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa sesudah itu diturunkan oleh Allah firman berikut:

{وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ}

Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 85)

Sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini merupakan suatu pemberitahuan bahwa tidak akan diterima dari seseorang suatu cara dan tidak pula suatu amal pun, kecuali apa yang bersesuaian dengan syariat Nabi Muhammad Saw. sesudah beliau diutus membawa risalah yang diembannya. Adapun sebelum itu, setiap orang yang mengikuti rasul di zamannya, dia berada dalam jalan petunjuk dan jalan keselamatan.

Orang-orang Yahudi adalah pengikut Nabi Musa a.s., yaitu mereka yang berpegang kepada kitab Taurat di zamannya. Kata al-yahud diambil dari kata al-hawadah yang artinya kasih sayang, atau berasal dari kata at-tahawwud yang artinya tobat, seperti yang dikatakan oleh Musa a.s. dalam firman-Nya:

{إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ}

Sesungguhnya kami kembali kepada Engkau. (Al-A'raf: 156)
Maksudnya, kami bertobat kepada Engkau. Seakan-akan mereka dinamakan demikian pada asal mulanya karena tobat dan kasih sayang sebagian mereka kepada sebagian yang lain.

Menurut pendapat yang lain, nama Yahudi itu dinisbatkan (dikaitkan) dengan Yahuda, nama anak tertua Ya'qub.
Abu Amr ibnul Ala mengatakan, disebut demikian karena mereka selalu bergerak di kala membaca kitab Taurat.

Ketika Nabi Isa diutus, kaum Bani Israil diwajibkan untuk mengikuti dan menaatinya. Sahabat-sahabat Nabi Isa dan pemeluk agamanya dinamakan Nasrani karena mereka saling menolong di antara sesama mereka. Mereka disebut pula Ansar, seperti yang dikatakan oleh Nabi Isa a.s. dalam firman-Nya:

{مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ}

Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah! Para Hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab, "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah." (Ali Imran: 52)

Menurut pendapat yang lain, mereka dinamakan demikian karena pernah bertempat tinggal di suatu daerah yang dikenal dengan nama Nasirah. Demikian menurut Qatadah dan Ibnu Juraij, serta diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas.

Nasara adalah bentuk jamak dari nasran, sama halnya dengan lafaz nasyawa bentuk jamak dari lafaz nasywan, dan sukara bentuk jamak dari lafaz sakran. Dikatakan Nasranahuntuk seorang wanita Nasrani. Salah seorang penyair mengatakan, "Dan seorang wanita Nasranah yang tidak pernah ibadah."
Ketika Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. sebagai pemungkas para nabi dan rasul kepada semua anak Adam secara mutlak, maka diwajibkan bagi mereka percaya kepada apa yang disampaikannya, taat kepada perintahnya, dan mencegah diri dari apa yang dilarangnya. Mereka adalah orang-orang yang beriman sebenar-benarnya. Umat Nabi Muhammad Saw. dinamakan kaum mukmin karena banyaknya keimanan mereka dan keyakinan mereka yang sangat kuat, mengingat mereka beriman kepada semua nabi yang terdahulu dan perkara-perkara gaib yang akan datang.
Mengenai orang-orang Sabi-in, para ulama berbeda pendapat mengenai hakikat mereka. Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid yang mengatakan bahwa mereka (yakni orang-orang Sabi-in) adalah suatu kaum antara Majusi, Yahudi, dan Nasrani; pada hakikatnya mereka tidak mempunyai agama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid.

Telah diriwayatkan dari Ata dan Sa'id ibnu Jubair hal yang semi-sal dengan pendapat di atas.

Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, Abusy Sya'sa (yakni Jabir ibnu Zaid), Ad-Dahhak, dan Ishaq ibnu Rahawaih mengatakan bahwa Sabi-in adalah suatu sekte dari kalangan ahli kitab, mereka mengakui kitab Zabur. Karena itu, Imam Abu Hanifah dan Ishaq mengatakan bahwa tidak mengapa dengan sembelihan mereka dan menikah dengan mereka.
Hasyim meriwayatkan dari Mutarrif, "Ketika kami sedang bersama Al-Hakam ibnu Atabah, lalu ada seorang lelaki dari kalangan penduduk Basrah bercerita kepadanya, dari Al-Hasan yang mengatakan tentang orang-orang Sabi-in, bahwa sesungguhnya mereka itu sama dengan orang-orang Majusi. Kemudian Al-Hakam berkata, 'Bukankah aku pun telah mengatakan hal yang sama kepada kalian?'."

Abdur Rahman ibnu Mahdi meriwayatkan dari Mu'awiyah ibnu Abdul Karim, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan menceritakan tentang orang-orang Sabi-in. Dia mengatakan bahwa mereka adalah suatu kaum yang menyembah malaikat.
Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Al-Hasan yang menceritakan, "Diberitakan kepada Ziad bahwa orang-orang Sabi-in salat menghadap ke arah kiblat, mereka salat lima waktu. Ziad bermaksud membebaskan mereka dari pungutan jizyah, tetapi sesudah itu dia mendapat berita bahwa mereka menyembah malaikat."

Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan, telah sampai berita kepadanya bahwa orang-orang Sabi-in adalah suatu kaum yang menyembah malaikat, percaya kepada kitab Zabur, dan salat menghadap ke arah kiblat. Hal yang sama dikatakan pula oleh Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya yang mengatakan bahwa orang-orang Sabi-in adalah suatu kaum yang tinggal di sebelah negeri Irak. Mereka kaum yang suka menangis, beriman kepada semua nabi serta puasa selama tiga puluh hari setiap tahunnya, dan mereka salat menghadap negeri Yaman setiap harinya sebanyak lima kali.

Wahb ibnu Munabbih pernah ditanya mengenai Sabi-in. Ia menjawab bahwa mereka hanya mengenal Allah semata, tidak mempunyai syariat yang diamalkan, tidak pula berbuat kekufuran.

Abdullah ibnu Wahb mengatakan bahwa Abdur Rahman ibnu Zaid pernah berkata, "Sabi-in adalah pemeluk suatu agama yang tinggal di Mausul. Mereka mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tetapi mereka tidak mempunyai amal, kitab, dan nabi kecuali hanya ucapan 'tidak ada Tuhan selain Allah'." Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan pula bahwa mereka tidak beriman kepada rasul. Karena itulah orang-orang musyrik mengatakan kepada Nabi Saw. dan para sahabatnya, bahwa Nabi Saw. dan sahabatnya adalah orang-orang Sabi-in. Orang-orang musyrik menyerupakan Nabi Saw. dan para sahabatnya dengan mereka dalam hal ucapan 'tidak ada Tuhan selain Allah'.

Al-Khalil mengatakan bahwa Sabi-in adalah suatu kaum yang agamanya menyerupai agama Nasrani, hanya kiblat mereka mengarah kepada datangnya angin selatan; mereka menduga bahwa dirinya berada dalam agama Nabi Nuh a.s.
Al-Qurtubi meriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Abu Nujaih, bahwa mereka adalah suatu kaum yang agamanya merupakan campuran antara agama Yahudi dan agama Majusi; sembelihan mereka tidak boleh dimakan, dan kaum wanitanya tidak boleh dinikahi.
Al-Qurtubi mengatakan, yang tersimpul dari pendapat mereka menurut apa yang disebut oleh sebagian ulama yaitu mereka adalah orang-orang yang mengesakan Tuhan dan meyakini akan pengaruh bintang-bintang, bahwa bintang-bintang tersebutlah yang melakukannya. Karena itulah Abu Sa'id Al Astakhri mengeluarkan fatwa bahwa mereka adalah orang kafir. Ia katakan demikian ketika Al-Qadir Billah menanyakan kepadanya tentang hakikat mereka.

Ar-Razi memilih pendapat yang mengatakan bahwa Sabi-in adalah suatu kaum yang menyembah bintang-bintang, dengan pengertian bahwa Allah telah menjadikannya sebagai kiblat untuk ibadah dan doa, yakni Allah menyerahkan pengaturan urusan alam ini kepada bintang-bintang tersebut. Selanjutnya Ar-Razi mengatakan bahwa pendapat ini dinisbatkan kepada orang-orang Kasyrani yang didatangi oleh Nabi Ibrahim a.s. untuk membatalkan pendapat mereka dan memenangkan perkara yang hak.

Pendapat Mujahid dan para pengikutnya serta pendapat Wahb ibnu Munabbih menyatakan bahwa Sabi-in adalah suatu kaum bukan pemeluk agama Yahudi, bukan Nasrani, bukan Majusi, bukan pula kaum musyrik. Sesungguhnya mereka adalah suatu kaum yang hanya tetap pada fitrah mereka, tiada agama tetap yang menjadi panutan dan pegangan mereka. Karena itulah maka kaum musyrik memperolok-olokkan orang yang masuk Islam dengan sebutan Sabi, dengan maksud bahwa dia telah menyimpang dari semua agama penduduk bumi di saat itu.
Sebagian ulama mengatakan, Sabi-in adalah orang-orang yang belum sampai kepada mereka dakwah seorang nabi pun.

Pendapat yang paling kuat di antara semuanya hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. (dicopas oleh M.Munir, dari app Tafsir aibnu Katsir android)

Semoga bermanfaat.

16 Maret 2017

Petuah KH. Hasyim Muzadi tentang Agama dan Negara


KH Hasyim Muzadi. (ANTARA/Dhoni Setiawan )
JAKARTA (HN) - Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) KH Hasyim Muzadi mengingatkan pentingnya sikap untuk tidak membenturkan agama dengan negara atau negara menabrak agama.

"Sebagaimana dijelaskan pemikir Islam Imam Ghazali, agama dan negara itu saudara kembar. Agama sebagai fondasi dan pemimpin negara sebagai penjaga," kata KH Hasyim sebagaimana dikutip tokoh muda NU yang juga Wakil Ketua Pengurus Cabang NU Jember, KH Misbahus Salam kepada pers di Jakarta, Minggu (22/3).

Menurut KH Misbah, Rais Syuriyah PBNU yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Depok dan Malang itu mengemukakan keterangan tersebut pada peringatan dan tasyakuran berdirinya Negara Karaton Jogjakarta Haniningrat ke-268 di Yogyakarta yang dihadiri ribuan warga setempat pada 20 Maret 2015.

Dalam acara tersebut KH Hasyim lebih lanjut mengemukakan, perang yang terjadi di Indonesia pada masa lalu bukan merupakan perang antar agama atau benturan antara agama dengan negara, tetapi perang antar kekuasaan kerajaan dan perang antara para pejuang Nusantara dengan penjajah Belanda.

Rais Syuriah PBNU juga menekankan bahwa agama, negara, dan budaya memiliki posisi yang sangat penting dalam membangun karakter bangsa. Indonesia memiliki banyak agama, budaya, adat istiadat yang berbeda. Kondisi tersebut jangan sampai menyebabkan terjadinya konflik horizontal di tengah masyarakat.

Ia mengemukakan, Islam yang diperjuangkan wali songo, para raja Islam, dan para ulama di Nusantara juga tidak bersifat formalistik, melainkan murni substantif.

Misalnya Raden Ja far Shadiq di Kudus membuat Masjid yang pinggirnya hampir sama dengan bentuk Pura. Bahkan karena umat Hindu memuliakan sapi, maka saat Idul Qurban umat Islam dianjurkan berkurban dengan kerbau.

Para wanita muslimah di Nusantara juga tidak memakai cadar, karena kondisi alam Indonesia berbeda dengan Arab.

Perempuan Arab memakai cadar sebab kondisi alamnya berdebu dan sangat panas. Selain itu, dalam hal seni, kalau di Arab memakai rebana, sedangkan di Jawa menggunakan gong.

KH Hasyim mengingatkan pula pentingnya rujukan Piagam Madinah yang dibuat Nabi Muhammad dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.

Piagam itu menekankan pentingnya persaudaraan sesama Muslim, sementara terhadap orang yang berbeda aqidah dan syari ah berlaku sikap "lakum diinukum waliyadiin" (untukmu agamamu dan untukku agamaku).

Piagam itu menyebutkan pula bahwa seluruh elemen masyarakat, baik agama maupun suku dan golongan yang ada di Madinah harus saling tolong menolong dan harus mempertahankan negara dari serangan pihak luar, sehingga religiusitas dan nasionalisme harus menjadi pijakan dalam berbangsa dan bernegara.

"Rahmannya Allah akan diberikan kepada negara yang menegakkan keadilan dan menjauhi kedhaliman," kata KH Hasyim.

Reportase : Antara
Editor : Sandi Prastanto
Sumber : Bernas.co


28 Oktober 2016

Konferensi Cabang XVIII NU Kabupaten Malang

Bismillahirrohmaanirrohim...*)


Hari ini, Jumat 26 Muharrom 1438H, atau bertepatan dg tgl. 28 Oktober 2016 yg juga bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda...
Nahdlatul Ulama' Kabupaten Malang punya hajat besar lima tahunan yakni Konferensi Cabang.
Konfercab yg ke XVIII kali ini akan dilaksanakan di MTs NU desa Ngantru kecamatan Ngantang kabupaten Malang.
Kami turut mengucapkan...

SELAMAT & SUKSES
KONFERENSI CABANG NAHDLATUL ULAMA'
KABUPATEN MALANG
Ke-XVIII

Semoga dapat membawa NU kabupaten Malang lebih maju, lebih bertartabat dan semakin berkah dan manfaat untuk umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia pada umumya.


Dengan mensupport tema yg diusung dlm konferensi yaitu:

MENETEP TRADISI AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH, MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA DI KABUPATEN MALANG.

InsyaAllah NU dan warga Nahdliyin akan berupaya terus berbuat yg terbaik di dalam pengabdiannya kepada Allah swt dan berkiprah untuk kemaslahatan umat dan negara kesatuan Republik Indonesia.

Laa haulaa walaa quwwata ila billahil 'Aliyyil 'Adhiim.

*) Muhamad Munir..jamaah NU Kecamatan Dau kab.Malang

 

IKLAN ANDA

AFIDA Bimbel ANAK SHOLEH-SHOLEHAH

Kami merima les privat Semua Mata Pelajaran untuk SD-MI SMP-MTs areal Malang Kota, Singosari, Dinoyo, Sengkaling dan Karangploso.

Spesialisasi BAHASA INGGRIS, IPA, MATEMATIKA, BAHASA ARAB dan BACA AL-QURAN.

Biaya cukup murah, Hanya 25Rb/Pertemuan (1,5-2 jam)

Bapak/Ibu Minat, Hubungi 085 646 723 250 (Afida)


SPACE IKLAN ANDA

Hanya 25.000/BULAN (Promo s/d Maret 2014) Call/sms now 083 848 157 399

INTERNET itu MUDAH

LES PRIVAT KOMPUTER SEGALA USIA

LBB SIMETRIKA-22 | 083848157399 | 0341-5376622

| Paket Anak2 | Paket Lansia | Paket Executive | Paket Pedagang | Paket Pengusaha | Paket Kilat | Paket Buat Toko Online | Paket Internet Macam2 | Paket Komputer Pemula | Paket Mahasiswa | Paket SD-SMP-SMA |

Alamat : Jl. Tirto Taruno 22A Landungsari Dau Malang - www.the-egd.blogspot.com emmun_sim22@yahoo.com